Filsafat Matematika
“Sering kali kita membaca dua sejarah besar antar Islam dan Barat seakan-akan tak pernah saling bertemu antara keduanya atau seperti dua sejarah yang harus dibedakan antara keduanya. Padahal tidaklah begitu, ketika kita mau membaca atau menyimak sejarah, sains dan ilmu pengetahuan yang kini telah berkembang pesat di era millenium sekarang ini”.
“Sering kali kita membaca dua sejarah besar antar Islam dan Barat seakan-akan tak pernah saling bertemu antara keduanya atau seperti dua sejarah yang harus dibedakan antara keduanya. Padahal tidaklah begitu, ketika kita mau membaca atau menyimak sejarah, sains dan ilmu pengetahuan yang kini telah berkembang pesat di era millenium sekarang ini”.
Pada
era-modern kali ini pun ilmu filsafat yang dijadikan sebagai ilmu pengetahuan
yang dapat merubah paradigma berfikir manusia mengalami perkembangan. Hal ini
dikarenakan sifat berfikir kritis yang dilakukan para filosof tak terkecuali
filosof atau ilmuwan sains dan matematika yang mampu melahirkan ide-ide dan
metode pembelajarannya. Oleh karena itu filsafat umum dan filsafat matematika
dalam sejarahnya adalah saling melengkapi. Filsafat matematika saling
bersangkut-paut dengan fungsi dan struktur teori-teori matematika.teori-teori tersebut
terbebas dari asumsi-asumsi spekulatif atau metafisik. Filsuf matematika yang
dikenal adalah Phytagoras, Plato, Aristoteles, Leibniz dan Kant. Adapun
pemikiran atau pandangan mereka terhadap ilmu matematika yaitu :
·
Pandangan Plato
Bagi
Plato yang penting adalah tugas akal untuk membedakan tampilan (penampakan)
dari realita (kenyataan) yang sebenar-benarnya. Menurutnya ketetapan
abadi/permanent bebas untuk dipahami adalah hanya merupakan karakteristik
pernyataan-pernyataan matematika. Plato yakin bahwa terdapat objek-objek yang
permanen tertentu bebas dari pikir yang anda sebut ‘satu’, ‘dua’, ‘tiga’ dan
sebagainya. Bagi Plato matematika bukanlah idealisasi aspek-aspek tertentu yang
bersifat empiris akan tetapi sebagai deskripsi dari bagian realitanya.
·
Pandangan Aristoteles
Aristoteles
menolak pembedaan Plato antara dunia ide yang disebutnya realita kebenaran,
Aristoteles menekankan menemukan dunia ide yang permanen dan merupakan realita
daripada abstraksi dari apa yang tampak.
Pandangan Leibniz
·
Leibniz setuju dengan Aristhoteles,
bahwa setiap proposisi didalam analisis terakhir berbentuk subjek-predikat.
Konsep Leibniz tentang bidang studi matematika murni sangat berbeda dengan
pandangan Plato dan Aristotheles karena menurutnya semua boleh mengatakan bahwa
proposisi-proposisi adalah perlu benar untuk semua objek, semua kejadian yang
mungkin, atau dengan menggunakan phrasenya yaitu dalam semua dunia yang
mungkin.
·
Pandangan Kant
Kant membagi proposisi ke dalam
tiga kelas
[]
Proposisi Analitis
[] Proposisi sintetis
[] Proposisi Aritmatika dan geometri murni.
[] Proposisi sintetis
[] Proposisi Aritmatika dan geometri murni.
·
Pandangan Phytagoras
Doktrin
Phytagoras antara lain bahwa fenomena yang tampak berbeda dapat memiliki
representative matematika yang identik (cahaya, magnet, listrik dapat mempunyai
persamaan diferensial yang sama).
Untuk
perkembangan selanjutnya filsafat matematika pun merambah kepada filsafat
pendidikan matematika. Akan tetapi sebelum membahas ke filsafat pendidikan
matematika kita akan membahas terlebih dahulu filsafat pendidikan. Filsafat
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran filsafati tentang pendidikan. Dapat
mengkonsentrasikan pada proses pendidikan, dapat pula pada ilmu pendidikan.
Jika mengutamakan proses pendidikan, yang dibicarakan adalah cita-cita, bentuk
dan metode serta hasil proses belajar itu. Jika mengutamakan ilmu pendidikan
maka yang menjadi pusat perhatian adalah konsep, ide dan metode yang digunakan
dalam menelaah ilmu pendidikan. Filsafat pendidikan matematika termasuk
filsafat yang membicarakan proses pendidikan matematika.
Ditinjau
dari perkembangannya kemajuan matematika terbagi menjadi dua periode atau
waktu.
Yang
pertama membagi skala waktu kedalam tiga periode :
• Dahulu (… sampai 1673)
• Pertengahan (1638 sampai 1800)
• Sekarang (1821 sampai sekarang)
• Dahulu (… sampai 1673)
• Pertengahan (1638 sampai 1800)
• Sekarang (1821 sampai sekarang)
Yang kedua membagi skala waktu
dibagi menjadi 7 periode :
• Babilonia dan Mesir kuno.
• Yunani (600 sampai 300 SM)
• Masyarakat Timur Tengah (sebagian sebelum dan sebagian lagi sesudah periode2)
• Eropa pada masa Renaisance (1500 sampai 1600)
• Abad 17
• Abad 18 dan 19
• Abad 20
• Babilonia dan Mesir kuno.
• Yunani (600 sampai 300 SM)
• Masyarakat Timur Tengah (sebagian sebelum dan sebagian lagi sesudah periode2)
• Eropa pada masa Renaisance (1500 sampai 1600)
• Abad 17
• Abad 18 dan 19
• Abad 20
Melihat
dari perkembangannya sebagian besar filsafat matematika berdasarkan atas
perkembangan kebudayaan bangsa Eropa. Hal ini dikarenakan ahli filsafat
matematika adalah orang Eropa, akan tetapi kita jangan terpaku dan menerima
begitu saja pemikiran dan pandangan para ahli filsafat tersebut, karena
pemikiran dan ide tidak akan habis bila kita terus berpikir, seperti halnya
Francis Bacon mempertanyakan, mendebat, dan mengkritik metode berpikir
induktif, yang merupakan dasar metode ilmiah sebagai tulang punggung kemajuan
sains yang berpijak kepada fakta empiris.
Akhirnya
perlu kita renungkan bersama baik pendidik maupun anak didik bahwa jika disini
ada kebenaran maka di sana pun ada kebenran. Bila diri kita benar mungkin orang
lain lebih benar dari kita. Tetapi kita tidak mengetahuinya, karena sebagaimana
yang dikatakan orang-orang arif bahwa sesuatu yang paling asing bagi kita
adalah kebenaran hakiki itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar