Kamis, 06 Oktober 2016

Strategi Matematika Menurut Ibnu Khaldun



Studi Komparasi Pendidikan Humanistik menurut Ibnu Khaldun dan Paulo Friere serta aplikasinya dalam pembelajaran Matematika

Menurut Aham Farisi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pendidikan selalu mendapat perhatian yang paling utama bagi setiap bangsa, karena pendidikan dapat dijadikan sebagai alat maupun tujuan dalam perjuangan mencapai cita-cita bangsa. Dalam sejarah perkembangan pendidikan umat manusia, ada satu penggal sejarah yang diwarnai dengan pertentangan antara pendidikan yang dijalankan secara demokratis dan sebaliknya pendidikan yang dilaksanakan secara otoriter. Guna menunjang keberhasilan pengajaran matematika, maka sangat diperlukan seorang tenaga pengajar atau guru. Sukses tidaknya pengajaran matematika juga ditentukan oleh metode yang digunakan dalam pengajaran matematika. Disatu sisi yang paling sering disorot adalah dari segi metode, di sisi lain ada yang menganggap bahwa metode adalah hanya sekedar alat saja, gurulah yang menentukan.
Realitas pendidikan sebagaimana yang tergambar diatas telah menumbuhkan kesadaran baru para pemikir dan peneliti untuk menempatkan kembali pendidikan sebagai proses penyadaran kritis bagi harkat kemanusiaan dan memanusiakan kembali manusia. Sebagai praktek pembebasan dapat dilihat sebagai harmonisasi sosial yang mengacu pada suatu landasan bahwa pendidikan adalah “Proses memanusiakan kembali”.
                Ibnu Khaldun dilahirkan dari keluarga politikus dan intelektual sekaligus. Suatu latar belakan kehidupan yang langka pada saat itu. Dengan bakat jenius dengan pengalaman yang matang di bidang intelektualisme membentuk kerangka berpikir ilmiahnya. Akan tetapi gagasannya tidak bisa dipisahka dengan Al-Qur’an sebagai akal pikir Islamnya. Dalam kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun menerangkan tentang metode pembelajaran Ilmu pengetahuan yang baik, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna. Metode pembelajaran ini meliputi segi siswa, sarana maupun guru.
                Ibnu Khaldun berpendapat pula bahwa, belajar yang efektif adalah dilakukan dengan pengulangan dan pembiasaan yaitu memasukkan sesering mungkin rangsangan. Pengulangan dan kebiasaan memberikan kemungkinan pada subyek didik untuk memahami prinsip-prinsip dan kaidah-kaidahnya. Belajar menurut hukum kausalitas terjadi melalui mengetahui sebab akibat. Mengetahui rentetan kausal dalam cara-cara yang benar dan sistematis akan memperkuat malakah. Apabila subyek belajar telah mencapai suatu malakah tertentu, maka ia akan mempunyai kesiapan untuk mencapai malakah dalam materi belajar lainnya.
                Prinsip ini dapat kita lihat dalam pendidikan matematika. Karena kehierarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar.Pengalaman belajar siswa dengan membimbing siswa untuk lebih memperkaya dirinya dengan berbagai soal dan latihan baik dari yang diberikan guru maupun dengan mencari sendiri dan sumber-sumber yang tersedia. Kemudian siswa juga dibimbing untuk mempunyai data semacam bank soal pribadi dari soal-soal yang di anggap menarik maupun sulit, yang perlu di diskusikan dengan guru maupun kepada orang yang dianggap mampu. Salah satu strategi pembalajaran matematika yang bisa digunakan sesuai dengan teori Ibnu Khaldun ini adalah metode Inquiry, yaitu metode yang berbasis penyeledikan dan menemukan sendiri. Pembelajaran dengan tingkat kemandirian siswa yang tinggi ini akan banyak sekali yang diperoleh.
                Secara garis besar, pemikiran Ibnu Khaldun dan Paulo Freire melalui pendekatan kritis sistematis mempunyai manfaat yang besar dalam inovasi pembelajaran matematika. Keduanya berasumsi bahwa guru dan murid harus sama-sama menjadi subyek pendidikan, obyek pembelajaran harus sesuai dengan realitas. Namun masih banyak yang dijumpai dalam pendekatan kritis sistematis tersebut. Konsep-konsep pendidikan yang di tampilkan keduanya terkesan masih secara global. Dari konsep penyandarannya Paulo Freire sampai metode tiga tahap Ibnu Khaldun terkesan kurang detail. Tidak ada contoh konkret yang ditampilkan. Namun demikian, konsep pendekatan kritis sistematis ini layak dijadikan pendekatan alternatif dalam pembelajaran matematika. Sehingga diharapkan matematika tidak lagi menjadi momok yang menaktukan.

**Gamsahamnida**
^^RizqikaTaufiqiRamadhaniati^^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar