Studi Komparasi
Pendidikan Humanistik menurut Ibnu Khaldun dan Paulo Friere serta aplikasinya
dalam pembelajaran Matematika
Menurut Aham
Farisi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pendidikan selalu mendapat perhatian yang paling utama bagi setiap
bangsa, karena pendidikan dapat dijadikan sebagai alat maupun tujuan dalam
perjuangan mencapai cita-cita bangsa. Dalam sejarah perkembangan pendidikan
umat manusia, ada satu penggal sejarah yang diwarnai dengan pertentangan antara
pendidikan yang dijalankan secara demokratis dan sebaliknya pendidikan yang
dilaksanakan secara otoriter. Guna menunjang keberhasilan pengajaran matematika,
maka sangat diperlukan seorang tenaga pengajar atau guru. Sukses tidaknya
pengajaran matematika juga ditentukan oleh metode yang digunakan dalam
pengajaran matematika. Disatu sisi yang paling sering disorot adalah dari segi
metode, di sisi lain ada yang menganggap bahwa metode adalah hanya sekedar alat
saja, gurulah yang menentukan.
Realitas
pendidikan sebagaimana yang tergambar diatas telah menumbuhkan kesadaran baru para
pemikir dan peneliti untuk menempatkan kembali pendidikan sebagai proses
penyadaran kritis bagi harkat kemanusiaan dan memanusiakan kembali manusia.
Sebagai praktek pembebasan dapat dilihat sebagai harmonisasi sosial yang
mengacu pada suatu landasan bahwa pendidikan adalah “Proses memanusiakan
kembali”.
Ibnu
Khaldun dilahirkan dari keluarga politikus dan intelektual sekaligus. Suatu
latar belakan kehidupan yang langka pada saat itu. Dengan bakat jenius dengan
pengalaman yang matang di bidang intelektualisme membentuk kerangka berpikir
ilmiahnya. Akan tetapi gagasannya tidak bisa dipisahka dengan Al-Qur’an sebagai
akal pikir Islamnya. Dalam kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun menerangkan tentang
metode pembelajaran Ilmu pengetahuan yang baik, agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan sempurna. Metode pembelajaran ini meliputi segi siswa, sarana
maupun guru.
Ibnu
Khaldun berpendapat pula bahwa, belajar yang efektif adalah dilakukan dengan
pengulangan dan pembiasaan yaitu memasukkan sesering mungkin rangsangan.
Pengulangan dan kebiasaan memberikan kemungkinan pada subyek didik untuk
memahami prinsip-prinsip dan kaidah-kaidahnya. Belajar menurut hukum kausalitas
terjadi melalui mengetahui sebab akibat. Mengetahui rentetan kausal dalam
cara-cara yang benar dan sistematis akan memperkuat malakah. Apabila subyek
belajar telah mencapai suatu malakah tertentu, maka ia akan mempunyai kesiapan
untuk mencapai malakah dalam materi belajar lainnya.
Prinsip
ini dapat kita lihat dalam pendidikan matematika. Karena kehierarkisan
matematika itu, maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu
terjadinya proses belajar.Pengalaman belajar siswa dengan membimbing siswa
untuk lebih memperkaya dirinya dengan berbagai soal dan latihan baik dari yang
diberikan guru maupun dengan mencari sendiri dan sumber-sumber yang tersedia.
Kemudian siswa juga dibimbing untuk mempunyai data semacam bank soal pribadi
dari soal-soal yang di anggap menarik maupun sulit, yang perlu di diskusikan
dengan guru maupun kepada orang yang dianggap mampu. Salah satu strategi
pembalajaran matematika yang bisa digunakan sesuai dengan teori Ibnu Khaldun
ini adalah metode Inquiry, yaitu metode yang berbasis penyeledikan dan
menemukan sendiri. Pembelajaran dengan tingkat kemandirian siswa yang tinggi
ini akan banyak sekali yang diperoleh.
Secara
garis besar, pemikiran Ibnu Khaldun dan Paulo Freire melalui pendekatan kritis
sistematis mempunyai manfaat yang besar dalam inovasi pembelajaran matematika.
Keduanya berasumsi bahwa guru dan murid harus sama-sama menjadi subyek
pendidikan, obyek pembelajaran harus sesuai dengan realitas. Namun masih banyak
yang dijumpai dalam pendekatan kritis sistematis tersebut. Konsep-konsep
pendidikan yang di tampilkan keduanya terkesan masih secara global. Dari konsep
penyandarannya Paulo Freire sampai metode tiga tahap Ibnu Khaldun terkesan
kurang detail. Tidak ada contoh konkret yang ditampilkan. Namun demikian,
konsep pendekatan kritis sistematis ini layak dijadikan pendekatan alternatif
dalam pembelajaran matematika. Sehingga diharapkan matematika tidak lagi
menjadi momok yang menaktukan.
**Gamsahamnida**
^^RizqikaTaufiqiRamadhaniati^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar